Jumat, 14 November 2014

curhat sahabat

Ramadhan,
           "Saat pertama aku mengenalnya, aku tau kak, kalau ini salah" kata yang terucap dari mulut sahabatku Tiara.
sejak 5 tahun  dia mengenal seorang lelaki yang telah memiliki istri, namun aku tidak bisa menyalahkan keputusan sahabatku, karena awal mula dia meng"iya"kan keinginan lelaki itu karena selama 15tahun pernikahannya belum mendapat keturunan dari istrinya, dan dengan polosnya sahabatku menerima, karena dia tidak tega melihat dan mendengar kisah lelaki tersebut, yang harus banting tulang mencari nafkah untuk kedua anak dari istrinya hasil pernikahan dengan suaminya terdahulu, aoalagi setiap lelaki tersebut mengeluh soal ledekan teman-temannya "angge orong-orong,ora melu nggawe melu momong" sebuah lagu campur sari yang bermakna tidak ikut membuat anak tapi mengasuh,karena menikah dengan janda.
            Satu bulan setelah pernikahannya dengan lelaki itu Tiara tidak mendapatkan haknya secara utuh,bagaimanapun lelaki itu lebih takut dan tunduk dengan istri tuanya.
orang yang tidak memahami permasalahan Tiara bakal menilai dia tidak punya harga diri, tapi aku salut sama Tiara yang masih muda,enerjik, cantik dan juga cerdas tapi mau dengan lelaki yang tidak pernah memberinya apa-apa, kecuali harapan dan rasa sakit karena ulahnya.
             Rasa teriris itu datang saat Tiara lagi berada di posisi yang drop banget, tekadnya untuk berbakti sama suami terkadang berperang dengan tekadnya yang ingin study ke luar negeri. Saat keluarganya menelpon, saat dia berbohong untuk menutupi yang sebenarnya terjadi dari orang-orang yang menyayanginya, Ayah,Ibu dan juga , saat itulah dia selalu menyimpan tangisnya,tidak pernah satupun perasaan sakit di utarakan, tp sebagai sahabat dia tidak bisa membohongiku.
             Sampai senyum cerah di awal Juni itu datang, aku merasa "inilah sahabatku,yang layak bahagia" Tiara yang smart dengan percaya diri menjawab lantang petugas kantor imigrasi, "untuk study di Jerman 4 tahun dengan beasiswa dari kedutaan" tanpa sadar aku menitikkan air mata. Aku bahagia karena dia memutuskan untuk mwlepas rantai besi dikakinya dan keluar dari penjara yang dimasukinya dengan suka rela, berjuanglah sahabatku, aku yakin suatu saat nanti orang yang menyia-nyiakan kamu bakal sadar, tapi jangan pernah mau untuk masuk ke penjara yang sama.
       


           
Jakarta - Mei - '14